Friday, March 6, 2009

Password Menuju Langit

Kemanapun sejauh Anda pergi, pada suatu titik akan kembali lagi pada awal mula di mana Anda memulai.

Bismillah... Saya mengawali tulisan-tulisan dalam blog ini dengan kalimah thoyyibah itu. Dia bukan hanya menjadi kalimat sakti bagi setiap orang yang mengerjakan sesuatu. Tetapi juga akan menjadi semacam password yang mengkoneksikan tindakan kita ke langit. Kepada pemilik singgasana jagad raya yang maha ulya.

Jujur, setua ini, di ambang usia kepala empat, baru-baru ini saja saya memahami makna basmalah, yang sudah melekat di luar kepala. Sejak diajarkan oleh ayah saya ketika sambil menimang-nimang saya atau menunggui saya sebelum tidur sambil saya pegang sarung beliau, supaya beliau tidak pergi dari sisi saya.
Saat itu, pria bernama Ahmad Dimyati, akan memandu kalimat syahadat yang dimulai dengan basmalah itu. Dan dalam perjalanan umur, menembus waktu, masa, serta pergolakan keingingan-keinginan manusiawi, pemahaman saya akan basmalah hanya berhenti pada pemahaman ritus semata. Bahwa "segala sesuatu akan menjadi nista dan sia-sia bila tidak diawali dengan basmalah". Sesuatu pemahaman yang hanya lewat melalui proses pencernaan nalar dan pikiran. Sebuah pemahaman lahiriah.
Dan ketika pria yang selalu tersenyum hangat itu pergi, terasa sekali makna kehilangan itu. Bukan hanya pancingan-pancingan beliau dalam beberapa diskusi. Tetapi, juga pesan inti basmalah yang coba beliau tanamkan sejak dini yang belum aku tangkap penuh. Dan setelah kepergiaan beliau ke haribaan NYA pada tahun 2002, niat untuk kembali mengaji itu menggebu kembali.

Penulis dan mufasir besar negeri ini, Dr. Quraisy Syihab, sangat berjasa menuntun niat. Buku karyanya, "Lentera Hati", menejelaskan uraian-uraian dengan renyah dan indah. Mudah dicerna awam. Mungkin karena itulah, buku itu menjadi sangat disukai orang dan terbukti bestseller di pasaran. Buku itu pula yang memberikan saya energi untuk mengaji kembali.

Kuputuskan untuk mulai dari dasar. Dari basmalah lalu berlanjut ke Surah Alfatihah. Hal itu saya lakukan sambil dengan menyampaikan materi pengajian tiap ba'da subuh di masjid di komplek tempat saya tinggal, tiap Sabtu dan Ahad. Dengan bahan-bahan yang saya siapkan secara tertulis, layaknya model kuliah yang ber SKS. Peserta tetapnya hanya sekitar lima atau enam orang.

Secara rutin selama dua tahun, ngaji surah sepanjang tujuh ayat itu, baru selesai. Dan dari situ, berhasil aku kumpulkan naskah sebanyak empat belas bab. Buku yang sampai hari ini "saya takut" untuk menerbitkan atau menawarkan kepada siapapun. Jika ditanya kenapa? Jawabnya sangat pribadi.

Di pesantren saya dulu, Pesantren Almukmin Ngruki, tentu saya berkesempatan mengaji dan melahap berbagai kitab tafsir. Salah satunya kitab muhtashor Ali As-Shobuni, yang menghimpun pemikiran para ulama tafsir klasik. Jika ditanya apa makna basmalah secara lughowi (bahasa), tentu sudah hafal. Sehafal ketika dulu saya selalu berusaha menyenangkan para ustadz dengan memberikan nilai-nilai mumtaz (istimewa).

Pengalaman ini memberikan saya pelajaran penting: sejauh kemanapun saya pergi, ternyata pada suatu titik kembali lagi pada awal mula saya memulai!

Bismillah...Dengan segala kefakiran saya, ia akan menjadi password yang membuka tabir-tabir gelap hati. Menjadi kunci pembuka pencerahan dan ilmu. Menyelami makna kalam yang terkandung dalam alam semesta.
________________________
KETERANGAN FOTO: Suatu senja di pelabuhan Batam, menjelang maghrib seiring matahari terbenam. Foto diambil dari dek sisi kanan KM Kelud.
Read More...

2 comments:

  1. Jazakullah ya akhi.... kedalaman fikir yang antum tuangkan dalam tulisan ini, sangat penuh dengan motivasi. Terlukis dorongan spirit yang tiada terkira, bak bulir ombak di samudera, jelas tergambar dari pengalaman yang antum sampaikan.

    Semoga, nikmatNya yang tiada terkira ini, bisa membawa keberkahan bagi kita semua. Mohon doa restu untuk saudaramu yang tengah berupaya berhijrah kepada yg Haq.

    syukron....
    Toto

    ReplyDelete
  2. Insya allah. Wa qul jaa'al haqqu wa zahaqol baathil. Innal baathila kana zahuuqoo. Dan, katakanlah telah datang al haq dan lenyaplah kebathilan. Sesungguhnya kebathilan itu sia-sia.

    ReplyDelete